Jumat, 19 Desember 2014

Teknik Renang gaya dada dan watter trappen



Teknik Dasar Renang Gaya Dada
Agar dapat melakukan renang gaya dada dengan baik, kita harus menguasai teknik dasarnya. Apa dan bagaimana teknik dasar renang gaya dada? teknik dasar renang gaya dada sebagai berikut.
1. Gerakan Meluncur
Cara melakukan sebagai berikut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGfs-GG-x3gXRxRrY7OUv-j0fGPha3Wqjg9N6XCOqs-yhvRKeA578PXu0TeQCPJpVtp_kdpp-Cr905mikAyVX5Mw8pSnsNoiSbj_ByBJ3OT3LyrVgLWHvxY9F1uITqQt6-c7eP1n1ckB9N/s1600/r6.png
Meluncur dengan awalan diatas kolam.
  1. Sikap permulaan, berdiri kangkang selebar bahu di atas kolam dengan kedua tangan lurus di samping badan.
  2. Gerakan akan meluncur dengan tolakan kedua kaki dengan kedua tangan diayun ke depan hingga kedua tangan lurus ke atas menempel telinga.
  3. Kedua tangan dan kepala lebih dahulu masuk ke dalam kolam.
  4. Selama meluncur di dalam air, posisi tubuh horizontal.

2. Gerakan Kaki
Cara melakukannya sebagai berikut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQkOiukdzwoDbY0djVmFo5tpLefgqiVCz6L0eYBtjo3kvtbPw0LNy6xaHmqznvxAa-FajF7igbpMrNqt4e8YGLVfko_rFYohcSRFtIovr-Rv5V4jp8m-x_FMwR-x4aOKbBzjhxzVMdVwT2/s1600/r7.png
  1. Sikap permulaan, kedua tangan memegang ring di kolam kemudian tubuh lurus ke belakang rata-rata air dan pandangan mata ke arah dinding kolam.
  2. Gerakan dengan kedua lutut ditarik ke arah depan kemudian kedua kaki diletakkan hingga kedua kaki kembali ke posisi lurus.
  3. Gerakan ini dilakukan berulang kali supaya dapat melakukan gerakan kaki gaya dada dengan baik dan benar sehingga dapat memperoleh dorongan tubuh ke depan.

3. Gerakan Lengan
Cara melakukannya sebagai berikut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioB_-KknZmXaSHDuWo8w9abFaDllprgUnvHJX1i9PZkfsbLOm1mzKuNOEeIhh9nsjsohiU17aN2YD5iOLUbK3eT2hYBpm11QAY3TvgaXugqZTZ8OPu9Jf7yb9EjKxHuYdUf_jJ8X_hOkjQ/s1600/r8.png
Gerakan lengan renang gaya dada.
  1. Sikap permulaan, berdiri di tepi kolam menghadap ke arah kolam, kemudian kedua kaki dikaitkan dinding kolam hingga posisi tubuh telungkup.
  2. Posisi kedua, tangan lurus ke depan dengan lengan menempel di telinga.
  3. Kedua tangan ditarik ke belakang dengan siku tangan ditekuk. Setelah sampai di samping tubuh kedua tangan diputar ke depan dada kemudian tangan kembali ke posisi lurus ke depan.
  4. Gerakan ini dilakukan berulang kali hingga menguasai teknik dasar renang gaya dada dengan baik dan benar.

4. Pernapasan Renang Gaya Dada
Pernapasan pada renang gaya dada dilakukan dengan cara mengangkat (memutar) kepala ke arah depan, pandangan melihat ke arah depan sehingga mulut keluar dari permukaan air. Naiknya kepala diusahakan sedikit mungkin, secukupnya untuk dapat bernapas, selain itu untuk menjaga tetap dalam posisi streamline. Demikian juga pada waktu rekaveri lengan, kepala diturunkan sedikit sehingga hanya sebagian kecil dari rambut yang masih di atas permukaan air. Pengambilan napas dilakukan pada waktu kepala naik ke atas permukaan air, mulut dibuka lebar sehingga udara dapat masuk secara langsung. Pengeluaran udara dilakukan pada saat kepala akan keluar dari permukaan air, hembusan udara dilakukan melalui mulut secara cepat (eksplosif).
5. Koordinasi Teknik Dasar Renang Gaya Dada
Cara melakukannya sebagai berikut.
  1. Sikap permulaan, perenang melakukan meluncur dari atas kolam.
  2. Gerakan kaki ditarik ke depan, kemudian kedua kaki dilecutkan hingga posisi kaki lurus.
  3. Disusul gerakan lengan dengan gerakan mendayung. Pada saat tangan mendayung kepala diangkat hingga mulut berada di atas permukaan air untuk mengambil napas.
  4. Setelah lengan sampai di samping tubuh ke depan kemudian diluruskan ke depan seperti posisi semula.
Water trappen
            Water trappen yaitu teknik mengapung di air tanpa berpindah tempat. Jadi water trappen bukan berenang. Teknik ini dapat dilakukan dengan posisi tubuh tegak lurus dalam air dan hanya menggerakkan bagian kaki seperti kaki katak. Fungsi dari teknik ini adalah untuk menghemat tenaga dan mengurangi keluarnya keringat yang dapat memicu dehidrasi. Pada saat bertahan hidup di laut teknik ini sangat bermanfaat untuk mempertahan diri sampai bantuan datang untuk menolong.
            Latihan dikolam renang teknik ini dapat dikombinasikan dengan terjun paku. Pada saat melakukan terjun paku dan tubuh sudah muncul ke permukaan lakukan latihan water trappen. Jika anda sudah menguasai minimal 15 menit anda dapat bertahan pengapung tanpa berpindah tempat dan tanpa merasakan kelelahan/ nafas tersengal-sengal. Semakin lama anda mampu mengapung semakin baik. Jika anda sudah cukup menguasai teknik ini dapat dikembangkan dengan mengatur nafas, gunakan pernafasan perut dan cobalah teknik water trappen dengan cara tidur terlentang. Kalo anda benar melakukan tekniknya maka anda dapat terapung tanpa menggerakan apa-apa bahkan dapat tidur mengapung di air.

  LATIHAN RENANG GAYA WATER TRAPEN
Renang dengan menggunakan gaya samping (bebas). Gaya ini diajarkan untuk memberikan pertolongan dan penyelamatan korban di dalam air   (kolam). Prinsip utama renang gaya water trapen adalah
a         Menguasai renang gaya bebas
b        Mampu berenang dengan satu atau dua tangan
c         Mampu menahan napas dalam waktu yang relative lama di dalam air
d        Mampu mengapung dengan menggerakan kedua kaki di dalam air (di tempat)

Cara melakukan gerakan:
a         Sikap awal berdiri di pinggir kolam, kemudian terjun ke air dengan posisi lurus, kedua tangan masuk ke dalam air terlebih dahulu.
b        Meluncurkan di dalam air sejauh mungkin, kemudian diteruskan dengan melakukan gerakan berenang seperti gaya bebas (cobalah dengan satu tangan)
c         Berhenti, kemudian lakukan gerakan berenang di tempat dengan posisi berdiri namun kedua kaki digerakkan berganti (posisi badan mengapung vertical)

Budidaya ikan lele ^_^



Budidaya ikan lele

Budidaya ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus berkembang. Teknologi budidayanya sederhana dan cukup terjangkau. Bisa dilakukan di berbagai jenis kolam dan ukuran.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Dengan sifat seperti ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Segmen pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele siap konsumsi.

Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele

Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan dan pengolahan tanah

Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.

b. Pengapuran dan pemupukan

Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.

c. Pengaturan air kolam

Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

Pemilihan benih ikan lele

Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia

Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri.

a. Syarat benih unggul

Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.

b. Cara menebar benih

Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
Pendederan - Budidaya Lele

Budidaya lele tahap ini merupakan teknik budidaya lele untuk membesarkan bibit ikan lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit ikan lele berukuran 3-5 cm dengan waktu budidaya selama 2-3 minggu.
Penebaran Bibit - Budidaya Lele Pendederan

Penebaran bibit ikan lele pada fase ini sangat rentan terhadap kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau pengangkutan. Padat penebaran antara 500-750 ekor/m2.  Sehingga untuk kolam budidaya lele seluas 10 m2 bisa ditebar bibit sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit ikan lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati, berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres dan luka :

   Pemindahan dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada saat suhu air belum terlalu tinggi.
    Pengambilan bibit ikan lele menggunakan jaring berukuran rapat serta lembut.
    Bibit ditempatkan menggunakan wadah yang sudah diisi air dari kolam penebaran larva.
    Setelah wadah cukup penuh, bibit segera dipindah ke kolam penebaran dengan hati-hati. Wadah dimasukkan dalam kolam pendederan sampai air kolam masuk ke dalam wadah. Dengan cara demikian bibit akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya.

Seleksi Bibit Ikan Lele
Setelah berumur 18 hari bibit diseleksi untuk menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan tahap kedua, atau  bahkan dapat langsung dijual. Bibit ikan lele tersebut merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.

Seleksi kedua dilakukan saat bibit telah dipelihara selama 21 hari. Kualitas bibit ini sedikit di bawah bibit hasil seleksi pertama. Bibit yang tidak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai 3-5 cm. Akan tetapi kualitas bibit sisa ini tidak begitu baik.
Pada Pendederan tahap kedua tidak beda jauh dengan pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2

Pemijahan ikan lele secara alami

Langkah pertama untuk pemijahan ikan lele secara alami adalah dengan memilih induk betina dan jantan yang sudah matang gonad. Pilih sepasang ikan lele yang memiliki bobot seimbang, tujuannya agar salah satu induk tidak ketakutan terhadap induk lainnya. Keseimbangan bobot sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemijahan.
Sebelum proses pemijahan ikan lele dilakukan, siapkan terlebih dahulu kolam tempat memijah. Kolam yang ideal untuk pemijahan adalah panjang 2-3 meter, lebar 1-2 meter dan kedalaman 1 meter. Sebaiknya dasar kolam terbuat dari semen atau fiberglass agar mudah mengawasi telur hasil pembuahan. Sebelumnya kolam harus dikeringkan dan dijemur, kemudian diisi air sedalam 30-40 cm. Gunakan air yang berkualitas baik, bersih dan jernih.
Pasang kakaban, bisa dibuat dengan ijuk yang dijepit dengan bambu seukuran area kolam. Gunakan pemberat agar kakaban tersebut tenggelam tidak mengapung di atas permukaan air. Kakaban berfungsi agar telur hasil pemijahan tidak berhamburan dan mudah dipindahkan. Buatlah kakaban sekokoh mungkin agar tidak berantakan oleh indukan yang aktif. Air untuk pemijahan ikan lele harus kaya oksigen, oleh karena itu berikan aerasi pada kolam pemijahan. Atau, apabila tersedia sumber air yang cukup buatkan aliran masuk dan keluar. Atur debit air sebanyak 2-3 liter per detik.
Waktu yang tepat untuk memasukan indukan kedalam kolam pemijahan adalah sore hari. Biasanya ikan lele akan memijah sekitar pukul 23.00 hingga pukul 05.00. Selama proses pemijahan ikan lele kolam harus ditutup, untuk mencegah induk ikan loncat keluar kolam. Pada pagi hari, biasanya proses pemijahan sudah selesai. Telur akan menempel pada kakaban. Telur yang berhasil dibuahi berwarna transparan sedangkan yang gagal berwarna putih susu.
Setelah proses pemijahan selesai, segera angkat induk dari kolam pemijahan ikan lele. Hal ini untuk menghindari telur disantap oleh induk ikan, karena setelah memijah induk ikan betina akan merasa lapar. Selanjutnya telur yang telah dibuahi ditetaskan. Penetasan bisa dilakukan di kolam pemijahan ataupun di tempat lain seperti akuarium, fiberglass atau kolam terpal. Selama proses penetasan suplai oksigen (aerasi) harus dipertahankan dan suhu distabilkan pada kisaran 28-29oC.
Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam 24 jam menjadi larva. Setelah itu segera pisahkan telur yang gagal atau larva yang mati untuk mencegah tumbuhnya jamur. Larva yang menetas akan bertahan tanpa pemberian makanan tambahan selama 3-4 hari. Selanjutnya lakukan proses pemesaran larva.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.

Pakan untuk budidaya ikan lele

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, bias dengan mencoba membuat sendiri pakan lele alternatif.

a. Pemberian pakan utama

Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.

b. Pemberian pakan tambahan

Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong.
Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

Pengelolaan air

Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.
Pembesaran - Budidaya Lele

Budidaya Lele Pembesaran Dalam Kolam Terpal

Pada dasarnya metode budidaya lele sistem kolam terpal merupakan solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan sempit, modal kecil serta solusi untuk daerah minim air. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.

Budidaya lele tergolong mudah. Selain tidak memerlukan air dalam jumlah banyak, ikan lele juga relatif tahan terhadap penyakit. Pengaturan suhu air dan pemberian pakan cukup merupakan kunci keberhasilan budidaya lele. Selain lebih mudah dipelihara, ikan lele juga cepat dalam pertumbuhannya. Dengan kondisi air “buruk” ikan lele mampu bertahan hidup dan berkembang baik, dengan demikian solusi pemeliharaan lele dalam kolam terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budidaya lele dumbo sistem kolam terpal mendatangkan peluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha besar. Analisis budidaya Lele dapat dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan. Budidaya lele pembesaran merupakan upaya memelihara ikan Lele sampai ukuran layak konsumsi. Biasanya dari berat 1 ons sampai 1 kg per ekor

Pemeliharaan Ikan Lele – Budidaya Lele
Pada umur tujuh hari ketinggian air ditambah menjadi 50 cm. Ada baiknya disediakan rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.

Pemberian pakan dilakukan sehari tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Pakan diberikan sedikit demi sedikit sampai tidak ada lagi lele yang mengejar pakan. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dll, bisa diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein tinggi sehingga pertumbuhan ikan lele lebih cepat.

Penggantian air dilakukan seminggu sekali, kurang lebih 10-30% dari volume air kolam, agar kolam tidak terlalu kotor serta untuk mengurangi serangan penyakit. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air dalam kondisi kotor. Pada usia satu bulan dilakukan seleksi ikan lele. Biasanya ikan lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu, pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular.
Pada usia dua bulan lele telah siap untuk konsumsi atau jika menghendaki ukuran lebih besar, budidaya lele bisa dilakukan selama 3-4 bulan.

Panen budidaya ikan lele

Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.


DEMOKRASI PANCASILA ERA ORDE BARU (MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO)




DEMOKRASI PANCASILA ERA ORDE BARU (MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO)

Demokrasi di Indonesia Masa Orde Baru

  Pemerintahan Orde Lama berakhir setelah keluar Surat Perintah Sebelas Maret 1966 yang dikuatkan dengan Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai pengganti masa Orde Lama, maka muncul pemerintahan Orde Baru dengan dukungan kekuatan TNI-AD sebagai kekuatan utama.

Pelaksanaan demokrasi masa Orde Baru ditandai perbedaan, yaitu dilaksanakan pemilihan umum dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia lebih dari lima kali untuk memilih anggota DPRD  tingkat I, DPRD tingkat II, dan DPRD. Pemilihan tersebut kemudian membentuk MPR yang bertugas menetapkan GBHN dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Dari hasil pemilu 1971 sampai pemilu 1997, pucuk pemerintahan tidak pernah mengalami pergantian, hanya pejabat setingkat menteri yang silih berganti. Namun terjadi kemajuan pesat di bidang pembangun secara fisik dengan bantuan dari negara asing yang memberikan pinjaman lunak. Oleh karena besarnya pinjaman yang menjadi beban pemerintah, bersamaan dengan krisis ekonomi maka pemerintahan menjadi goyah. Selain itu, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara pada rezim orde baru kurang kosekuen dalam pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Tanggal 21 Mei 1998 presiden resmi mengundurkan diri.
Kekuasaan Orde Baru sampai tahun 1998 dalam ketatanegaraan Indonesia tidak mengamalkan nilai-nilai demokrasi. Praktik kenegaraan Orde Baru dijangkiti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pada masa orde baru, kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah diserahkan ke swasta/asing, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralistik, demokrasi Pancasila, kapitalisme.
Soeharto dan Orde Baru tidak bisa dipisahkan. Sebab, Soeharto melahirkan Orde Baru dan Orde Baru merupakan sistem kekuasaan yang menopang pemerintahan Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Betulkah Orde Baru telah berakhir? Kita masih menyaksikan praktik-praktik nilai Orde Baru hari ini masih menjadi karakter dan tabiat politik di negeri ini. Kita masih menyaksikan koruptor masih bercokol di negeri ini. Perbedaan Orde Baru dan Orde Reformasi secara kultural dan substansi semakin kabur. Mengapa semua ini terjadi? Salah satu jawabannya, bangsa ini tidak pernah membuat garis demarkasi yang jelas terhadap Orde Baru. Tonggak awal reformasi 11 tahun lalu yang diharapkan bisa menarik garis demarkasi kekuatan lama yang korup dan otoriter dengan kekuatan baru yang ingin melakukan perubahan justru “terbelenggu” oleh faktor kekuasaan.Sistem politik otoriter (partisipasi masyarakat sangat minimal) pada masa orba terdapat instrumen-instrumen pengendali seperti pembatasan ruang gerak pers, pewadahunggalan organisasi profesi, pembatasan partai poltik, kekuasaan militer untuk memasuki wilayah-wilayah sipil, dll.
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas  yang entah semu atau memang riil tersebut, diiringi juga dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, yang saat ini menimbulkan romantisme dari banyak kalangan di negara ini, ditandai dengan semakin gencarnya campaign “piye kabare” di seantero pelosok nusantara. Menariknya, dua hal yang menjadi warna Indonesia di era Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah (baca: Soeharto) untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal, kala itu tentunya.
Gencarnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru salah satunya dilatarbelakangi hal bahwa rakyat Indonesia harus sadar jika dasar negara Indonesia adalah Pancasila itu sendiri.  “Masyarakat pada masa itu memaknai pancasila sebagai hal yang patut dan penting untuk ditanamkan”, ujar Hendro Muhaimin, peneliti di Pusat Studi Pancasila UGM. Selain itu menurutnya pada era Orde Baru semua orang menerima Pancasila dalam kehidupannya, karena Pancasila sendiri adalah produk dari kepribadian dalam negeri sendiri, dan yang menjadi keprihatinan khalayak pada masa itu adalah Pemerintahnya, bukan Pancasilanya.
Hendro Muhaimin juga menambahkan bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. “Pada dasarnya, yang salah bukanlah Pancasila, karena Pancasila dibuat dari penggalian kepribadian bangsa ini, dari cerminan bangsa Indonesia, maka para pemegang kekuasaan pada rezim  itu, yang menggunakan Pancasila secara politis, adalah pihak yang seharusnya bertanggungjawab akan gejolak-gejolak yang terjadi”, ujarnya. Namun disamping hal-hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antarwarga  sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong kala itu sangat dijunjung tinggi.
Selain itu, contoh dari gencarnya penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas utamanya. Apabila ada asas-asas organisasi lain yang ingin ditambahkan sebagai asasnya, tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, muncul juga anggapan bahwa Pancasila dianggap sebagai “pembius” bangsa, karena telah “melumpuhkan” kebebasan untuk berorganisasi.
Demokrasi Pancasila: Wajah Semu Era Orde Baru
Termasuk di dalam P4, melalui Ketetapan MPR (TAP MPR) No. II/MPR/1978 (sudah dicabut), adalah 36 butir Pancasila sebagai ciri-ciri manusia Pancasilais. Pemerintah Orde Baru mengharapkan melalui 36 butir Pancasila, yang serta merta “wajib hukumnya” untuk dihafal, akan terbentuk suatu tatanan rakyat Indonesia yang mempraktikkan kesemuanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lalu terciptalah negara Indonesia yang adil dan makmur, jaya di segala bidang. Akan tetapi, justru penghafalan itu yang menjadi bumerangnya. Cita-cita yang terkembang melalui P4 hanya keluar dari mulut saja, tanpa ada pengamalan yang berarti untuk setiap butir yang terkandung di dalamnya, meskipun tidak terjadi secara general. Sebagai contoh adalah mengenai pelaksanaan demokrasi di era Orde Baru. Berwajahkan “Demokrasi Pancasila”, akan tetapi dalam kenyataannya bak jauh panggang dari api. “Penataran itu sifatnya hanya menghafal, kemudian mengenai proses pelaksanaan secara langsung dari 36 butir Pancasila, dulu melalui kegiatan seperti gotong-royong kerja bakti warga. Tetapi pelaksanaan demokrasi pada saat Orde Baru itu sangat minim”, ujar Hendro Muhaimin.
Kebebasan tanpa koersi yang menjadi pilar utama dari prinsip demokrasi secara umum, dipadukan dengan nilai-nilai Pancasila yang terkandung melalui kelima silanya, sejatinya merupakan sebuah kombinasi yang apabila dilaksanakan sesuai hakikatnya oleh Pemerintah Orde Baru tentu akan memberikan dampak positif bagi kehidupan rakyat Indonesia pada saat itu. Akan tetapi, justru koersilah yang menjadi “senjata” pemerintah untuk menciptakan kehidupan yang, berdasarkan standar yang dibangun pada saat itu, bernuansa ketertiban dan keselarasan.(***)